Pendapat Para Pakar Pendidikan tentang Hakikat Belajar
Secara umum belajar dapat dipahami menjadi tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap menjadi hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yg melibatkan proses kognitif(Syah, 2003:sixty eight). Woolfolk berpendapat bahwa belajar adalah "System through which
expertise trade in skills or behaviors. Dengan fokus yang sama Nocilich
& Woolfolk beropini bahwa "Studying is an inside change in a
character, the formation of recent associations, or potensial for brand
new respons. Finding out is reasonably everlasting trade in a man or
woman" capabilities. Lebih lanjut Nocilich & Woolfolk mengatakan
bahwa "Learning consistently involves a transformation in the man or
woman who's finding out. The change could also be for the simpler or for
worse, deliberate or unintentional".
Pakar lain berpendapat bahwa belajar ialah suatu usaha yg dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yg baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya(Slameto,1995:2). Tidak jauh berbeda dengan Slameto, Nasution mengartikan belajar sebagai suatu perubahan dalam kelakuan seseorang akibat pengaruh usaha pendidikan(Nasution, 2001:91). Belajar dapat dikatakan berhasil manakala seseorang bisa mengulangi kembali materi yg dipelajarinya dan kemudian jika yg telah dipelajari itu mampu disampaikan dan diekspresikan dengan bahasa sendiri. Belajar juga didefinisikan sebagai perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar tentang suatu hal jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini yang penting dalam proses belajar adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. (Slavin, dalam wikipedia:2014)
Gagasan yang menyatakan bahwa belajar menyangkut perubahan dalam suatu individu, mengimplikasikan bahwa belajar juga membutuhkan tempat dan waktu. Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar terjadi, bila tampak tanda-tanda yang menunjukkan bahwa perilaku manusia berubah sebagai akibatnya terjadi proses pembelajaran. Dengan kata lain, perhatian utama dalam belajar adalah perilaku verbal manusia, yaitu kemampuan menangkap informasi mengenai ilmu pengetahuan yang diterimanya dalam belajar.
Berdasarkan paparan di atas, penulis simpulkan bahwa belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang untuk merubah perilakunya melalui hubungan dengan lingkungannya. Dengan demikian, hasil dari kegiatan belajar adalah berupa perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar,baik berupa aspek kognitif, psikomotor maupun afektif.
Aktivitas belajar, sering dikaitkan dengan aktivitas mengajar. Begitu eratnya kaitan itu, sehingga keduanya sulit dipisahkan. Dalam obrolan sehari-hari kita secara spontan sering mengucapkan istilah kegiatan belajar-mengajar menjadi satu kesatuan. Bahwa kedua kegiatan tersebut berkaitan erat adalah benar. Tetapi, dalam setiap aktivitas belajar tidak wajib selalu ada orang yg mengajar. Kegiatan belajar dapat saja terjadi walaupun tidak ada aktivitas mengajar. Begitu juga kebalikannya, kegiatan mengajar tidak selalu dapat menghasilkan kegiatan belajar. Saat Anda menjelaskan pelajaran di kelas misalnya, memang terjadi kegiatan mengajar. Tetapi, dalam aktivitas itu tak ada jaminan telah terjadi kegiatan belajar dalam setiap anak didik yang diajar. Kegiatan mengajar dikatakan berhasil hanya apabila dapat menyebabkan/menghasilkan kegiatan belajar dalam diri anak didik. Dengan kata lain, mengajar merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar.
Sekarang kita lebih mengenal istilah pembelajaran. Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk membuat siswanya belajar. Aktivitas pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya dapat berhasil bila si belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar.
Seorang guru tidak dapat mewakili belajar untuk siswanya. Seorang anak didik belum dapat dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan guru yg sedang mengajar. Ada satu syarat mutlak yang wajib dipenuhi agar terjadi kegiatan belajar. Kondisi itu adalah adanya hubungan antara pebelajar (learner) dengan sumber belajar. Jadi, belajar hanya terjadi jika & hanya jika terjadi interaksi antara pebelajar dengan sumber belajar. Tanpa terpenuhi syarat itu, tidak mungkin aktivitas belajar dapat terjadi.
Pekerjaan mengajar tidak selalu wajib diartikan sebagai aktivitas menyajikan materi pelajaran. Meskipun menyajikan materi pelajaran memang adalah bagian dari kegiatan mengajar, tetapi bukanlah satu-satunya.Masih banyak cara lain yang dapat dilakukan guru untuk membuat murid belajar. Kiprah yang seharusnya dilakukan guru adalah mengusahakan agar setiap anak didik dapat berinteraksi secara aktif dengan berbagai sumber belajar yang ada.
Referensi:
Anonim. “Belajar”. 16 Agustus 2014. http://id.wikipedia.org/wiki/Belajar#cite_note-1 (diakses tanggal 3 Januari 2015)
Haryanto. "Pengertian Belajar Menurut Ahli". 22 November 2010. http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli(diakses tanggal 3 Januari 2015)
Nasution. 1995. Deduktif dan Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Orton, Anthony. 1992. Learning Mathematics: Issues, Theory and Classroom Practice. New York: Norfolk.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Haryanto. "Pengertian Belajar Menurut Ahli". 22 November 2010. http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli(diakses tanggal 3 Januari 2015)
Nasution. 1995. Deduktif dan Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Orton, Anthony. 1992. Learning Mathematics: Issues, Theory and Classroom Practice. New York: Norfolk.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Comments
Post a Comment