Aktivitas dan Hasil Belajar

A.    Aktivitas Belajar

Belajar adalah aktivitas atau pengalaman yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku, dan pribadi yang bersifat permanen (Agus Taufiq 2011, 5.4). Aktivitas belajar merupakan aktivitas terpadu antara aspek fisiologis, intelektual, sosial, emosional, dan moral. Aspek-aspek tersebut terlibat langsung dan saling mempengaruhi dalam proses belajar (Agus Taufiq 2011, 5.12). 
Keberhasilan dalam proses belajar sangat dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran. Sardiman (2004, 96) bahkan mendefinisikan aktivitas belajar sebagai kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan belajar. Hal ini sejalan dengan pandangan kostruktivistik yang berpendapat bahwa dalam proses belajar anak harus berbuat dengan lingkungannya, mengkreasi atau memanipulasi objek (Agus Taufiq 2011, 6.10). Jadi semakin tinggi aktivitas belajar siswa, akan semakin besar kemungkinan untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran.
Oemar Hamalik (2010, 90-91) mengelompokkan aktivitas belajar ke dalam tujuh kegiatan, sebagai berikut:
1.    Aktivitas visual/fisik, yakni: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang bekerja, atau bermain).
2.    Aktivitas lisan/oral, yakni: mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi).
3.    Aktivitas menulis, yakni: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes , mengisi angket.
4.    Aktivitas menggambar , yakni: menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola.
5.    Aktivitas metrik, yakni: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permaianan (simulasi), menari, berkebun.
6.    Aktivitas fisik mental, yakni:  merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan.
7.    Aktivitas emosional, yakni: minat, membedakan, berani, semangat, tenang dan sebagainya.
Sebagai suatu aktivitas terpadu, proses belajar memiliki beberapa prinsip (Agus Taufiq 2011, 5.13-5.16):
1.    Belajar dapat membantu perkembangan optimal individu sebagai manusia utuh.
2.    Belajar sebagai proses terpadu harus memposisikan siswa sebagai titik sentral.
3.    Aktivitas pembelajaran yang diciptakan harus membuat anak terlibat sepenuh hati, aktif menggunakan berbagai potensi yang dimilikinya.
4.    Belajar sebagai proses terpadu tidak hanya dapat dilakukan secara individu dan kompetitif, tetapi dapat juga dilaksanakan secara kooperatif.
5.    Pembelajaran yang diupayakan oleh guru harus mendorong siswa untuk belajar terus-menerus.
6.    Pembelajaran di sekolah harus memberi kesempatan kepada setiap anak untuk maju berkelanjutan sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kecepatan belajar masing-masing
7.    Belajar sebagai proses yang terpadu memerlukan dukungan fasilitas fisik dan sistem kebijakan yang kondusif.
8.    Sebagai proses terpadu, memungkinkan pembelajaran bidang studi dilakukan secara terpadu.
9.    Belajar sebagai proses terpadu memungkinkan untuk menjalin hubungan yang baik antara sekolah dan keluarga.

Edgar Dale mengklasifikasikan nilai media dalam pembelajaran berdasarkan nilai pengalaman. Menurut Dale, ada dua belas tingkatan yang digambarkan dalam bentuk piramida. Dale meyakini bahwa simbol dan gagasan yang abstrak dapat lebih mudah dipahami jika diberikan dalam bentuk pengalaman konkrit, baik melalui pengalaman nyata, maupun simulasi dari pengalaman nyata tersebut. Dalam kerucut Pengalaman Dale, tingkat pengalaman yang paling tinggi nilainya adalah pengalaman yang paling konkret. Sedangkan yang paling bawah adalah yang paling abstrak.
Dale berpendapat orang biasanya hanya dapat mengingat 10% dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa yang dilihat sekaligus didengar, 70% dari apa yang diucapkan dan ditulis, sedangkan dari apa yang dilakukan orang dapat mengingat hingga 90%. Oleh karena itu, kreatifitas guru dalam mengorganisasikan aktivitas belajar siswa, sangat berpengaruh dalam membantu siswa membentuk pengetahuan yang lebih bermakna dalam proses pembelajaran.
Aktivitas belajar dapat diamati melalui berbagai indikator. Djamarah dalam  Teori Aktivitas Belajar Dan Pembelajaran (2013) berpendapat ada 11 aspek dalam aktivitas belajar yang meliputi : (1) Mendengarkan; (2) Memandang; (3) Meraba, membau, dan mencicipi/mengecap; (4) Menulis atau mencatat; (5) Membaca; (6) Membuat ikhtisar atau ringkasan; (7)Mengamati tabel-tabel, diagram, dan bagan-bagan; (8) Menyusun paper atau kertas kerja; (9) Mengingat; (10) Berfikir; dan (11)Latihan atau praktek Hasil Belajar.
Lebih lanjut Sudjana dalam Teori Aktivitas Belajar dan Pembelajaran (2013) menjelaskan indikator keaktifan siswa dalam proses pembelajaran adalah :
1.    Siswa tidak hanya menerima informasi tetapi lebih banyak mencari dan memberikan informasi.
2.    Siswa banyak mengajukan pertanyaan baik kepada guru maupun kepada siswa lainnya.
2.    Siswa lebih banyak mengajukan pendapat terhadap informasi yang disampaikan oleh guru atau siswa lain.
3.    Siswa memberikan respon yang nyata terhadap stimulus belajar yang dilakukan guru.
4.    Siswa berkesempatan melakukan penilaian sendiri terhadap hasil pekerjaannya, sekaligus memperbiki dan menyempurnakan hasil pekerjaan yang belum sempurna.
5.    Siswa membuat kesimpulan pelajaran dengan bahasanya sendiri.
6.    Siswa memanfaatkan sumber belajar atau lingkungan belajar yang ada disekitarnya secara optimal

B.    Hasil Belajar
Perubahan pengetahuan (knowledge), penguasaan perilaku yang ditentukan ( kognitif, afektif, dan psikomotor) dan perbaikan kepribadian yang bersifat permanen merupakan hasil yang diharapkan dari proses belajar. Dalam proses pembelajaran di kelas, setiap individu dapat mendapatkan hasil belajar yang berbeda satu sama lain. Para ahli mengemukakan rumusan yang berbeda-beda mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Berikut adalah pendapat Abin Syamsudin Makmun dan Rochman Natawijaya:

1.   Pendapat Abin Syamsuddin Makmun

Abin Syamsuddin Makmun dalam Agus Taufiq (2011) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa di sekolah meliputi: (1) faktor input, (2) faktor proses, dan (3) faktor output.
Faktor input (masukan) meliputi:
a.      Raw input ( masukan dasar)
Raw input menurut Abin Syamsuddin Makmun adalah kondisi individual anak dengan segala karakteristiknya.
b.      Instrumental input (masukan instrumental)
Masukan instrumental mencakup faktor guru, kurikulum, materi, metode, sarana dan fasilitas.
c.       Environmental input (masukan lingkungan)
Masukan lingkungan meliputi lingkungan fisik, geografis, sosial, dan lingkungan budaya.
Faktor proses menggambarkan bagaimana ketiga faktor input tersebut di atas saling berinteraksi satu sama lain. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor output adalah perubahan tingkah laku yang diharapkan terjadi pada anak setelah proses belajar.

2.      Pendapat Rochman Natawijaya

Rochman Natawijaya dalam Agus Taufiq (2011, 5.20–5.24) mengemukakan lima faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar siswa di sekolah, yakni:
a.      Faktor Anak
          Faktor ini mencakup usia, kondisi dan kesehatan fisik, kecerdasan, bakat, minat, motivasi, dan sebagainya yang akan mempengaruhi proses belajar anak sebagai individu yang utuh dengan segala aspek dan keunikannya.
b.      Faktor Guru
          Guru dipandang sebagai faktor kunci dalam kegiatan belajar siswa di sekolah. Guru sebagai manajer pembelajaran harus mampu membuat rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran secara efektif, menguasai materi dan metode pembelajaran, mengevaluasi proses dan hasil belajar, memotivasi dan membantu tiap siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal, sesuai tingkat perkembangan dan kesempatan yang dimilikinya.
c.       Faktor Tujuan
          Tujuan pembalajaran harus sudah ditetapkan pada tahap perencanaan proses pembelajaran. Tujuan tersebut juga harus dirumuskan dengan jelas agar guru dapat memotivasi anak untuk mencapainya. Selain itu tujuan pembelajaran harus terukur, agar dapat digunakan untuk menilai keberhasilan belajar anak.
d.      Faktor Bahan Pelajaran
          Bahan pelajaran adalah sesuatu yang harus disusun dan disiapkan oleh guru agar mudah diakses dan dipelajari oleh semua siswa. Bahan pelajara harus dikemas dengan baik menggunakan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga menantang anak untuk belajar denga serius dan menyenangkan. Dalam menyusun materi pelajaran, hendaknya guru menyesuaikan dengan kebutuhan dan karakteritik perkembangan individu siswa juga tidak menyelisihi kompetensi yang ditetapkan pemerintah.
e.       Faktor Ekonomis dan Administratif
          Faktor ini meliputi aspek sarana ruangann kelas, fasilitas dan peralatan juga berbagai sumber belajar yang diperlukan dalam pembelajaran. Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal, faktor-aktor tersebut harus mudah diakses dan digunakan oleh siswa.
            Meskipun disampaikan dengan berbeda, sesungguhnya kedua pendapat diatas tidak saling bertentangan. Kedua pakar juga memandang pentingnya peran guru dalam merencanakan dan mengelola proses pembelajaran dalam menentukan hasil belajar siswa. Penyusunan materi pembelajaran, pemilihan metode dan sumber belajar yang tepat merupakan salah satu aktor kunci keberhasilan proses pembelajaran di sekolah.

Comments

Popular posts from this blog

Model-model Penelitian Tindakan Kelas

Meningkatkan Pengajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas

Contoh Lembar Observasi PTK dengan Pembelajaran STAD