Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak

Fakta membuktikan, bahwa keberhasilan seseorang seringkali lebih didominasi faktor EQ daripada faktor IQ. Secerdas apapun, seorang anak manusia tidak akan bisa menunjukkan potensinya kepada dunia, jika dia tidak mampu mengontrol emosinya dengan baik. Salah satunya adalah dalam hal kepercayaan diri. Rasa grogi atau demam panggung, atau apapun namanya adalah kebalikan dari rasa percaya diri. Seringkali rasa kurang percaya diri membuat kita terhalangi kita dari melakukan performa terbaik dalam beraktivitas. Sebaliknya kepercayaan diri yang berlebihan juga dapat membawa kita kepada masalah. Kita dapat menjadi kurang hati-hati dalam bertindak, sehingga bukan tidak mungkin  kita melakukan kesalahan yang tidak perlu.

Menumbuhkan rasa percaya diri pada anak juga bukan hal yang sepele. Kadang kita dibuat kesal jika anak kita terlalu pemalu. salah satu tandanya adalah anak sulit berinteraksi dengan orang lain dan ia berusaha bersembunyi  setiap kali dikenalkan di depan publik.

Sifat pemalu pada anak bisa jadi merupakan hasil dari proses belajar dari lingkungannya. Di usia tertentu anak akan belajar berinteraksi dengan lingkungannya. Response yang ditunjukkan oleh setiap anak berbeda-beda, ada anak yang mudah membaur dan akrab dengan situasi baru, tetapi ada juga anak yang membutuhkan waktu yang cukup lama sebelum ia bisa mencair dan akrab denganteman/ lingkungan barunya. Rasa percaya dirinya juga dapat dipengaruhi oleh respon lingkungan terhadap diri anak.

Menumbuhkan rasa percaya diri pada anak sangat penting bagi kehidupan sosialnya dimasa yang depan. Rasa percaya diri juga ikut berperan dalam membentuk pola pikir tindakannya. Hal tersebut akan memudahkan anak dalam bergaul dengan lingkungan, serta menunjukan potensi diri dengan yang akhirnya dapat membawanya pada keberhasilan.

Sebelum membahas cara menumbuhkan rasa percaya diri anak, mari kita bahas faktor-faktor penyebab sikap dan sifat pemalu pada anak terlebiih dahulu. Sifat pemalu pada anak bisa dipicu oleh beberapa faktor, antara lain :

  1. Kurang Bermasyarakat
    Anak dapat memiliki sifat pemalu jika dia diabaikan oleh orang tuanya, atau dibesarkan pada keluarga yang mengasingkan diri dari lingkungan, atau terlalu dikekang. Ketiga hal tersebut membuat mereka tak dapat menjalin dan memiliki pengalaman dalam berhubungan sosial yang normal dengan masyarakat.  
  2. Pengalaman Buruk
    Jika anak sering mengalami peristiwa yang menyebabkannya rasa malu. Hal tersebut akan berpengaruh pada pola pikirnya dan perilakunya. Misalnya jika dia sering diejek saat menyanyi, maka ia akan merasa malu untuk menyanyi lagi. 
  3. Merasa Menjadi Sumber Perhatian
    Anak pemalu sering merasa dirinya diperhatikan dan diperbincangkan banyak orang. Hal ini dapat yang menyebabkan anak takut dan cemas untuk berpendapat atau bertindak karena takut jika dia  melakukan kesalahan dan menjadi bahan tertawaan orang banyak.
  4. Pola Asuh Awal yang Salah
    Rasa malu pada anak bisa terjadi karena pola asuh awal yang salah. Terutama saat dua tahun pertamanya. Pada dua tahun awal kehidupannya otak anak mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pada usia tersebut bayi mulai mengembangkan pola mengasosiasikan sesuatu. Sebagai cntoh, kebiasaan Ibu/keluarga yang akan langsung berlari dan menggendong bayi saat ia menangis. Perlakuan seperti itu akan membuat bayi tumbuh menjadi anak yang manja dan merasa dicintai. Perasaan seperti ini sebenarnya perlu untuk bayi, namun jika berlebihan, akibatnya tidak terlalu baik untuknya. Anak yang terlalu dimanjakan, akan merasakan kesepian dan kehilangan pegangan saat mereka berada jauh dari orang tuanya. Mereka akan merasa bingung, apa yang harus dilakukan. Sebaliknya anak yang saat bayi yang tidak selalu dimanja oleh orang tuanya, cenderung lebih mampu mengatasi rasa kesendirian dan mampu menunjukkan rasa percaya dirinya dengan baik. 
  5. Tidak Diberikan Kesempatan Berinteraksi
    Salah satu faktor yang memicu anak menjadi pemalu adalah karena dia tak mempunyai teman sebaya sebagai teman bermain, sehingga ia menjadi jarang berinteraksi dengan orang lain. Saat ia bertemu dengan orang atau lingkungan baru, dia tidak tahu bagaimana cara berinteraksi atau memperkenalkan dirinya. Anak yang tidak mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi dengan anak seusianya akan cenderung memiliki anggapan bahwa orang lain selain keluarganya adalah sebuah ancaman. Hal inilah yang membuatnya menarik diri dari keramaian dan tempat umum.

Setelah mengenali penyebabnya, coba simak beberapa upaya yang dapat Anda lakukan untuk melatih atau menumbuhkan rasa percaya diri pada anak Anda.


  • Berikan pujian yang efektif
    Anak memang butuh banyak motivasi, tapi jika Anda memberikan pujian yang berlebihan untuk hal-hal kecil, anak akan menjadi terlalu terbiasa, sehingga dia bisa kesulitan untuk menyadari saat pencapaian yang dia lakukan memang patut dirayakan. Perlu Anda ingat! Anak juga bisa merasakan saat Anda melebih-lebihkan dan dia akan mulai mengabaikan pujian yang Anda. Jangan puji anak saat dia melakukan sesuatu yang memang sudah seharusnya dia lakukan. Ucapan “terima kasih” sudah cukup. Cobalah juga untuk memberikan tanggapan balik yang spesifik: Daripada berkata bahwa gambar yang dia hasilkan sangat bagus, Anda bisa mengatakan bahwa warna biru yang dia pakai pada gambar tersebut indah dilihat.
  • Biarkan Si kecil berjuang! Jangan terlalu cepat "menyelamatkannya".
    Sangat wajar jika orang tua terutama seorang ibu, selalu ingin menghindarkan si kecil dari  luka atau bahaya sekecil apapun, rasa takut atau rasa kecewa. Tapi Anda harus menyadari, ketika Anda mencoba menghindarkannya dari ketidaknyamanan – menutupi kesalahannya dengan kebohongan, menyalahkan atau mencari-cari kejelekan orang lain saat Si Kecil kalah dalam lomba- Anda sama sekali tidak membantunya. Anak perlu tahu bahwa rasa sakit-saat jatuh, atau kekalahan, adalah hal yang wajar dalam kehidupan. Wajar saja jika merasa sedih, cemas, atau marah, tapi bisa menerima keadaan yang kurang menyenangkan juga harus dibiasakan pada anak. Anak akan belajar menjadi sukses ketika mereka berhasil mengalahkan rintangan, dan bukannya Anda yang  membantunya menyingkirkan rintangan tersebut. “Adalah hal yang penting bagi anak, untuk sejak dini  mendapat kesempatan bermain dan menerima risiko tanpa kritikan dari orang tua."  Kathy Hirsh-Pasek, PhD, profesor psikologi di Temple University, Philadelphia,  bahkan mendorong para orang tua untuk sengaja melakukan kesalahan kecil di hadapan anak. “Melihat Anda melakukan kesalahan dan tidak menjadikan kesalahan tersebut sebagai hal yang luar biasa akan membuat anak merasa jauh lebih nyaman.” 
  • Biarkan anak mengambil keputusan
    Tentu kita selalu ingin yang terbaik untuk anak, Tapi bukan hal yang baik jika Anda selalu memutuskan segala sesuatu. Ketika Anda diberi kesempatan untuk memilih kepada anak tentang apa yang dia inginkan sejak usia dini, maka anak akan memiliki kepercayaan diri terhadap keputusan yang telah diambilnya. Tapi akan lebih bijaksana, jika Anda memberi anak pilihan terbatas. Berikan dua atau tiga macam pilihan. Misalnya saat hendak memakai baju ke acara pesta, Anda dapat menyediakan dua atau tiga baju yang pantas, agar anak dapat memilih. Jangan biarkan dia memilih sediri dari semua koleksi pakaian, karena mungkin pilihannya akan membuat Anda merasa "kurang pantas". Di saat yang sama, tunjukkan juga pada anak Anda bahwa ada beberapa pilihan yang memang harus diputuskan oleh Anda sebagai orang tua. 


Jika anak Anda pemalu, Anda jangan terlalu risau, karena sifat pemalu pada anak bukan bagian dari perkembangan, melainkan sebagai hasil dari proses belajar dari lingkungannya. Jadi Anda sebagai orang tua masih dapat mengatasi sifat pemalu pada anak Anda. Berikut ini beberapa cara yang dapat Anda tempuh:

Cara Mengatasi Anak Pemalu

  1. Biarkan anak bereksplorasi
    Dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi terhadap segala hal yang ia inginkan, anak anda tumbuh dan berkembang membangun citra dirinya. Anda cukup mengawasi saat si kecil melakukan aktivitas, agar anak tidak membahayakan dirinya sendiri. Jangan terlalu takut jika anak Anda hanya sedikit lecet, lukanya akan sembuh dalam beberapa hari. Tapi jika hingga dewasa dia tidak memiliki kepercayaan diri untuk bereksplorasi. Anda bisa membahayakan masa depannya.
  2. Jangan Memberikan Anak Sebuah Predikat Negatif
    Memberikan predikat pemalu pada anak bukanlah tindakan yang benar. Bila ia sering dikatakan sebagai pemalu, bukan tidak mungkin ia menjadi sadar dan lebih malu hingga anak memilih menarik diri dari lingkungannya. Lebih baik berikan ia dorongan dan kepercayaan bahwa ia bisa melakukannya. Dengan demikian anak akan lebih termotivasi untuk lebih berani.
  3. Bawa Serta Anak Saat Melakukan Kunjungan
    Ada baiknya, jika anda mulai membawa serta si kecil saat kunjungan ke tetangga, arisan atau pernikahan. Dengan mengajak si kecil berkunjung ke tempat baru dan bertemu dengan orang-orang baru akan membuatnya terbiasa, sehingga si kecil menjadi lebih berani dan percaya diri.
  4. Masukan Anak ke Sekolah
    Bersekolah dapat memberikan beberapa manfaat untuk anak. Bergaul bersama teman akan mengasah kecerdasan sosial anak, juga mampu menumbuhkan kepercaya diri anak. Mengapa? Karena dengan bersekolah anak akan menjumpai serta mengenal berbagai karakter orang dan dia akan mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungannya
  5. Berikan Dukungan
    Dukungan serta dorongan orang tua sangat penting untuk menumbuhkan rasa percaya diri anak. Jangan pernah mengucilkan atau menganggapnya lemah saat anak belum berhasil melakukan sesuatu, hal ini hanya akan membuat anak tertekan dan semakin tidak percaya diri. Sebaliknya, tetap berikan motivasi dan kepercayaan Anda bahwa dia bisa melewati dan melakukannya.

Sumber : 
Kenali Faktor Pemalu Pada Anak dan Cara Mengatasinya http://bidanku.com/kenali-faktor-pemalu-pada-anak-dan-cara-mengatasinya#ixzz3ATV6vCHp
http://www.parentsindonesia.com/article.php?type=article&cat=kids&id=290

Comments

  1. Makasih pencerahannya. Saya sebagai orang tua yang punya masalah kurang pd-nya anak, merasa sulit juga meningkatkan rasa percaya diri mereka. Berbagai usaha telah dilakukan, butuh kesabaran juga ya..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Model-model Penelitian Tindakan Kelas

Meningkatkan Pengajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas

Contoh Lembar Observasi PTK dengan Pembelajaran STAD