Model-model Penelitian Tindakan Kelas

Ada beberapa model rancangan penelitian tindakan yang dikemukakan para pakar. Tiga model di antaranya, yaitu:
  1. Rancangan Penelitian Tindakan Model Kurt Lewin 
    Rancangan Penelitian Tindakan model Kurt Lewin merupakan model dasar yang kemudian dikembangkan oleh ahli-ahli lain. Ada empat komponen dalam setiap siklus menurut Kurt Lewin, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Jika keempat komponen tersebut digambarkan dalam sebuah bagan, model ini tampak sebagai berikut.



    Gambar 1  Rancangan Penelitian Tindakan Model Kurt Lewin
    Proses penelitian dimulai dari tindakan perencanaan, namun karena keempat komponen tersebut berfungsi dalam suatu kegiatan yang berupa siklus, maka selanjutnya masing-masing komponen berperan secara berkesinambungan.



  2. Rancangan Penelitian Tindakan Model Kemmis & Mc Taggart
    Model Kemmis dan Taggart merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin. Model ini banyak dipakai karena sederhana dan mudah dipahami. Rancangan Kemmis dan Taggart dapat mencakup beberapa siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahap, yakni : perencanaan (plan), pelaksanaan dan pengamatan (act & observe), dan refleksi (reflect). Tahapan-tahapan ini berlangsung secara berulang-ulang, hingga tujuan penelitian dapat dicapai (Sukayati, 2008: 17).
    Langkah pertama pada setiap siklus adalah perencanaan tindakan. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan sekaligus pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan. Hasil pengamatan kemudian dievaluasi melalui kegiatan refleksi. Apabila hasil refleksi siklus pertama menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan belum memuaskan, maka dapat disusun lagi rencana untuk dilaksanakan pada siklus kedua. Demikian seterusnya sampai hasil yang dinginkan dapat benar-benar tercapai. Alur pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini.
  3. Rancangan Penelitian Tindakan Model John Elliott
    Sebagaimana halnya dengan model Kemmis dan McTaggart, model John Elliott juga merupakan pengembangan lebih lanjut dari model Lewin. Model ini sedikit lebih rumit, karena Elliott mencoba menggambarkan secara lebih rinci langkah demi langkah yang harus dilakukan. Setiap siklus terdiri atas tiga sampai lima tindakan. Setiap tindakan terdiri dari beberapa langkah yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. Sebagaimana dua model sebelumnya, penelitian dimulai dari penemuan masalah kemudian peneliti merancang tindakan tertentu yang dianggap mampu memecahkan masalah tersebut, selanjutnya rancangan tindakan diimplementasikan, dimonitor, dan selanjutnya dilakukan tindakan berikutnya jika dianggap perlu (Anonim, Konsep Dasar Dan Prosedur Pelaksanaan PTK 2013).

Sukayati (2008, 9) mengemukakan beberapa alasan mengapa PTK penting untuk dilakukan guru, yakni:
  • PTK merupakan suatu cara untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan atau profesional guru dalam kegiatan pembelajaran.
  • Dengan PTK guru dapat melakukan penelitian tentang masalah-masalah aktual yang mereka hadapi untuk mata pelajaran yang diampunya.
  • Pada saat melaksanakan PTK guru tidak meninggalkan tugasnya, artinya guru masih tetap melakukan kegiatan mengajar seperti biasa, dan pada saat yang bersamaan secara terintegrasi guru melaksanakan penelitian.
  • PTK dapat menjadi jembatan kesenjangan antara teori dan praktek. Karena setelah PTK guru akan memperoleh umpan balik yang sistematik mengenai kesesuaian antara teori pembelajaran dengan praktek yang mereka lakukan.
  • PTK dapat dilakukan oleh guru bersama-sama dengan pihak lain yang terkait. Misal kolaborasi guru mata pelajaran sejenis, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan yang lain untuk secara bersama-sama mengkaji permasalahan yang ada, untuk kemudian merencanakan tindakan-tindakan agar permasalahan-permasalahan yang ada dapat segera dicarikan jalan keluarnya.


Referensi:
  • Agus Taufiq, Hera L. Mikarsa, Puji L. Prianto. Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka, 2011.
  • Andayani, dkk. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka, 2012.
  • Anonim. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-jumiatig2a-5475-3-babii.pdf (accessed Agustus 09, 2013).
  • Konsep Dasar Dan Prosedur Pelaksanaan PTK. Juli 31, 2013. http://kumpulan-contoh-ptk.blogspot.com/2013/04/konsep-dasar-dan-prosedur-pelaksanaan-ptk.html#.UozNuvuBUQq (accessed Agustus 16, 2013).
  • I G.A.K. Wardani, dkk. Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) - PGSD. Jakarta Selatan: Universitas Terbuka, 2013.
  • Sukayati. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika, 2008.


Comments

  1. waduuh luar biasa sekali mbak guru... waktu mengajar diperlihatkan gambar dan benda sesungguhnya 'kan? ada alat peraga lebih asyik deh, lebih mudah dan lebih cepat dicerna anak didik betul?

    ReplyDelete
  2. Benar Pak Rioseto, Alat peraga memang sangat membantu. Cuma harus ekstra kreatif, memanfaatkan "apa yang ada", karena keterbatasan di sekolah.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Meningkatkan Pengajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas

Contoh Lembar Observasi PTK dengan Pembelajaran STAD