Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pengertian dan Karkteristik
Untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang optimal guru dapat menggunakan beberapa
alternatif strategi, pendekatan, dan model pembelajaran. Kaitannya dengan
pembelajaran tematik terpadu, salah satu pendekatan pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan temannya dalam tugas-tugas
terstruktur (Lie, A., 1995), adalah dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Wina
(2008:242) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai model pembelajaran
menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil, yaitu kelompok yang
beranggota antara 4 sampai 5 orang yang mempunyai latar belakang yang heterogen
dalam jenis kelamin, kemampuan akademik, ras atau suku yang berbeda. Slavin
dalam Wina( 2008: 242) mengemukakan dua alasan mengapa pembelajaran kooperatif dapat
berperan sebagai bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki pembelajaran selama
ini. Alasan pertama, beberapa penelitian memberi bukti nyata bahwa penggunaan
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus
dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosial, menumbuhkan sikap menerima
kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Alasan kedua,
pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar,
berfikir, melakukan pemecahan masalah juga dalam mengintegrasikan pengetahuan
dengan keterampilan, selain itu pembelajaran kooperatif juga memungkinkan siswa
bekerja sama. Pembelajaran kooperatif dapat dilaksanakan dengan beberapa
strategi yang berbeda, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran kooperatif yang berfokus
pada penggunaan kelompok kecil untuk bekerja sama untuk memaksimalkan kondisi
belajar dalam rangka mencapai tujuan belajar.
Karakteristik
yang membedakan pembelajaran STAD ( Student Team Achievement Division) dengan
pembelajaran kooperatif lainnya adalah pada penyampaian materi pelajaran,
dimana guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 4 atau 5 siswa, selanjutnya
guru menjelaskan langkah-langkah kerja kelompok, guru membimbing siswa dalam
kerja kelompok. Jika tugas kelompok sudah selesai dilaksanakan, guru menugasi
siswa melaporkan hasil kerja kelompok dan membimbing siswa menyimpulkan
pembelajaran. Melalui model pembelajaran ini dimungkinkan untuk melahirkan
peserta didik yang produktif, kreatif, afektif, dan inovatif melalui penguatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang terintegrasi.
Langkah-langkah Pembelajaran
Nurasma
(2006:51) berpendapat, kegiatan pembelajaran model STAD terdiri dari enam
langkah yaitu: (1)persiapan; (2)penyajian materi pelajaran; (3)Belajar
kelompok; (4)tes; (5)penentuan skor peningkatan individual dan penghargaan
kelompok. Sedangkan Salvin menyatakan secara lebih terperinci mengenai langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe STAD . langkah-langkah pembelajaran kooperatif
tipe STAD menurut Salvin adalah:
- Guru menyampaikan materi pelajaran;
- Guru membentuk beberapa kelompok,setiap kelompok terdiri dari empat sampai lima orang siswa dengan kemampuan yang bervariasi;
- Bahan atau materi yang telah dipersiapkan guru didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi dasar;
- Guru memfasilitasi siwa dalam membuat rangkuman materi, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pelajaran yang telah dipelajari;
- Guru memberikan evaluasi/tes kepada siswa secara individu;
- Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai hasil belajar individu dari skor dasar ke skor kuis berikut nya.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan
model pembelajaran Kooperatif STAD, Menurut Davidson (dalam Nurasma, 2006: 26)
adalah: (1)Meningkatkan kecakapan
individu; (2)meningkatkan kecakapan kelompok; (3) meningkatkan komitmen; (4)menghilangkan
prasangka buruk pada teman sebaya, tidak bersifat persaingan, tidak
memiliki rasa dendam.
Kekurangan
model pembelajaran kooperatif STAD Menurut Slavin (dalam Nurasma 2006: 27 ) yaitu:
(1) konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang; (2)Siswa
berprestasi tinggi akan dapat mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang
pandai lebih dominan.
Pustaka:
Nurasma. (2006). Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Comments
Post a Comment