Metode Inkuiri

Selama ini sering terjadi kerancuan dalam penggunaan istilah metode inkuiri (inquiry) dan metode penemuan (discovery). Para pakar juga memiliki pendapat yang berbeda-beda tentang hal ini. Beberapa pakar pendidikan berpendapat bahwa metode inkuiri sama dengan metode penemuan, namun ada juga yang berpendapat bahwa discovery  merupakan bagian dari inkuiri. Pakar yang lain berpendapat bahwa ada perbedaan yang cukup nyata antara inkuiri dan discovery.  Salah satu perbedaan antara kedua metode tersebut, adalah karena discovery merupakan sebuah prosedur mengajar yang menekankan pada belajar perseorangan, sedangkan inquiry lebih mengarah pada kelompok (Sudrajad 2011).
Akhmad Sudrajad (2011)  mendefinisikan metode inkuiri sebagai kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Senada dengan Sudrajad, Rahmat berpendapat bahwa metode inkuiri atau metode penemuan adalah sebuah metode pembelajaran di mana guru tidak menyajikan pelajaran dalam bentuk final tetapi dikondisikan agar dalam proses belajar siswa mencari tahu tentang konsep atau prinsip yang tidak diketahui sebelumnya. Masalah dalam proses penemuan  dapat direkayasa oleh guru (Rahmat 2013).
Masih menurut Rahmat, dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode inquiri guru membimbing siswa agar aktif mengembangkan kegiatan belajar yang mengarah pada pencapain tujuan. Hal-hal yang perlu diperhatikan di sini adalah siswa harus aktif mengembangkan kemampuannya untuk memecahkan masalah. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran adalah menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, dan mereorganisasikan bahan, untuk kemudian menyimpulkan.
Sudrajad merumuskan beberapa prinsip pembelajaran inquiri sebagai berikut :
1.    Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari pembelajaran dengan strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir siswa, bukan semata-mata nilai sebagai hasil belajar.
2.    Interaksi
Pembelajaran pada prinsipnya adalah proses interaksi, baik interaksi antar siswa,  interaksi siswa dengan guru, juga interaksi antara siswa dengan lingkungan. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa dalam pembelajaran diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri.
3.    Bertanya
Guru mengembangkan sikap kritis siswa dengan selalu mengajukan pertanyaan tentang segala fenomena yang ada.
4.    Belajar untuk berpikir
Belajar adalah proses kognitif yakni proses mengembangkan potensi otak secara optimal.
5.    Keterbukaan

Pembelajaran juga harus menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya secara terbuka, agar proses pembelajaran bermakna bagi siswa.
Secara lebih terperinci, langkah demi langkah dalam pembelajaran inkuiri dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.    Orientasi
Orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Pada tahap ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Dengan kata lain, orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif.
2.    Merumuskan masalah
Pada tahap ini siswa dibawa kepada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Rumusan masalah yang ingin dikaji disebut teka-teki karena masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban inilah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses pencarian jawaban tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
3.    Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara tentang masalah yang sedang dikaji. Jawaban sementara ini masih perlu diuji kebenarannya. Meskipun hanya sebuah perkiraan, tetapi sebuah hipotesis harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga jawaban yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis, akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan serta keluasan pengalaman siswa. Dengan demikian, siswa yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.
4.      Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah kegiatan menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis. Proses ini juga sangat penting, karena dalam kegiatan mengumpulkan data, selain  membutuhkan motivasi belajar yang kuat dalam belajar, juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir dan mencari informasi yang dibutuhkan.
5.      Menguji Hipotesis
Hal terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Di samping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan, bukan semata berdasarkan argumen pribadi.
6.      Merumuskan Kesimpulan
Proses ini adalah proses mendeskripsikan temuan yang didapatkan berdasar hasil pengujian hipotesis. Dalam rangka mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan, dan data mana yang tidak relevan.
Ditinjau dari prosedurnya, pembelajaran inkuiri nyata sebagai pembelajaran yang berpusat pada siswa. Sebagai pembelajaran yang berpusat pada siswa, pembelajaran inkuiri memiliki banyak kelebihan. Beberapa kelebihan metode inkuiri menurut Akhmad Sudarajad adalah:
1.    Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang,  sehingga pembelajaran melalui pembelajaran ini dianggap jauh lebih bermakna.
2.    Pembelajaran ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
3.    Pembelajaran ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
4.    Keuntungan lain adalah dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Masih menurut Akhmad Sudarajad (2011), selain kelebihan metode inquiri juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan metode inkuiri adalah sebagai berikut:
1.    Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2.    Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
3.    Kadang-kadang dalam mengimplementasikan metode inkuiri, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering kali guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
4.    Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka  strategi  ini tampaknya akan sulit diimplementasikan.

Dalam praktek pembelajaran, ada beberapa jenis metode pembelajaran inkuiri yang dapat dilaksanakan di kelas.  Berdasarkan besarnya peranan guru dalam proses inkuiri,  pembelajaran inkuiri dapat dibedakan menjadi : inkuiri bebas, inkuiri bebas modifikasi , dan inkuiri terbimbing.
a.      Inkuiri Bebas
Metode ini dapat digunakan pada siswa yang telah berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri, karena dalam pendekatan inkuiri bebas ini siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan penuh untuk menentukan permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan.
b.      Inkuiri Bebas Modifikasi
Metode ini merupakan perpaduan dari inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas. Dalam inkuiri bebas modifikasi, permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap bempedoman pada kurikulum yang telah ada sehingga siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri. Dalam metode ini siswa menerima masalah dari guru untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan, namun bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari inkuiri terbimbing, juga tidak terstruktur.
c.       Inkuiri Terbimbing
Dalam pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing, siswa dituntut untuk menemukan konsep melalui petunjuk-petunjuk seperlunya dari guru. Petunjuk tersebut pada umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat membimbing (Wartono dalam Sudrajad 2011). Selain pertanyaan, guru juga dapat memberikan penjelasan seperlunya saat siswa akan melakukan percobaan.
Metode inkuiri terbimbing biasanya digunakan bagi siswa-siswa yang belum berpengalaman. Pada tahap permulaan diberikan lebih banyak bimbingan, sedikit demi sedikit bimbingan itu dikurangi dalam menemukan suatu konsep siswa memerlukan bimbingan dan bantuan guru (Hudoyono dalam Sudrajad, 2011).
Dalam Pembelajaran inkuiri terbimbing peran guru adalah sebagai fasilitator, guru membimbing siswa jika diperlukan. Dalam proses inquiri, guru bertindak sebagai penunjuk jalan, guru membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Guru dapat mengajukan pertanyaan yang tepat untuk merangsang kreativitas siswa dan membantu mereka dalam menemukan  pengetahuan baru tersebut.
Agar pelaksanaan metode penemuan terbimbing dapat berjalan dengan efektif, ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru dan siswa (Setiyani 2013), yakni:
a.    Guru merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya. Perumusannya harus jelas, penggunaan pernyataan yang dapat menimbulkan salah tafsir perlu dihindari agar arah yang ditempuh siswa tidak salah.
b.    Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, guru dapat diberikan bimbingan mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS sejauh yang diperlukan saja.
c.    Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.
d.   Bila perlu, konjektur yang telah dibuat oleh siswa tersebut diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.
e.    Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan kepada siswa. Namun perlu diingat pula bahwa induksi tidak menjamin 100% kebenaran konjektur.
f.     Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar.

Metode inquiri memang memerlukan waktu yang relatif banyak dalam pelaksanaannya, akan tetapi hasil belajar yang dicapai sebanding dengan waktu yang digunakan. Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan mengkonstruksi sendiri konsep atau pengetahuan tersebut. Beberapa materi seperti menemukan rumus luas bangun datar, dalil Phytagoras, volume tabung, dan sebagainya sangat tepat jika diajarkan dengan metode ini (Setiyani 2013).

Comments

Popular posts from this blog

Model-model Penelitian Tindakan Kelas

Meningkatkan Pengajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas

Contoh Lembar Observasi PTK dengan Pembelajaran STAD